Pages

Rabu, 19 Maret 2014

Kisah Taubatnya Pemuda Ahli Maksiat

Seorang pemuda larut dalam khayalannya seakan mengulang kembali rekaman kehidupannya jauh ke belakang, “Dulu aku pernah bepergian ke negara-negara eropa setiap musim panas. Di sana aku larut dalam perbuatan maksiat dan dosa demi memuaskan nafsu birahi dan memenuhi keinginan perut.

 Setelah itu, aku pulang ke negeriku sembari menyayangkan apa yang telah aku lakukan. Aku hanya menjadikan dunia sebagai ladang untuk bersenang-senang bukan ladang menyampaikan kebaikan. Itulah kerugian besarku. Ketika itu, aku berkeyakinan bahwa perbuatan maksiat adalah suatu kebutuhan primer di masa muda. Sampai pada suatu hari, jiwaku terasa sesak dan mulai jenuh dengan kehidupan. Aku memikirkan bagaimana cara terlepas dari itu semua. Tidak ada solusi yang aku dapatkan selain tidur untuk menenangkan jiwaku. Lalu aku pun mengambil bantal dan hanyut dalam tidur. Ternyata, dalam tidurku itu aku bermimpi seakan-akan kembali lagi ke negeri eropa itu untuk menjadi setan Barat yang jago bergoyang, menyanyi dan berbuat mesum. Namun tiba-tiba ... Mimpiku itu berubah menjadi sangat menakutkan bagiku. Aku melihat seorang bocah berkulit putih mendekatiku dan berteriak keras, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!”

Aku terkejut luar biasa dan berusaha untuk bangun dari tempat tidurku tetapi itu tidak kuasa kulakukan seakan sesuatu yang amat berat telah menghimpit dadaku dan mengunci nafasku, kemudian bocah itu menjauh dariku dan aku pun terbangun dalam keadaan ketakutan dan gemetaran.
Kemudian aku tidur lagi namun bocah tadi kembali mendatangiku dalam mimpi. Gerakan dan ucapannya sama persis seperti mimpi pertama. Aku merasa takut untuk berbaring kembali di tempat tidurku dan akhirnya memutuskan untuk berwudhu, membaca al-Qur’an dan shalat dua raka’at. Rupanya tak berapa lama aku mendengar muadzdzin mengumandangkan adzan shalat shubuh, lalu aku pergi ke masjid.
Usiaku sebenarnya masih muda, sekitar 24 tahun, sekali pun begitu, baru sejak shalat shubuh itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa yang sangat aneh sekali, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.”

( SUMBER: Qashash Wa Mawaaqif Dzaat ‘Ibar karya ‘Adil bin Muhammad Ali ‘Abdul ‘Alim, hal.55-56, seperti dinukil dari buku Qithaar al-Mustaghfiriin karya Jaasim bin Muhammad al-Muththawwa’, hal.121, Daar ad-Da’wah, Cet.I )


Kisah di atas mengandung beberapa pelajaran:
  1. Waktu muda adalah masa emas untuk beramal sholeh karena masa itu merupakan masa fit dan semangat untuk beramal. Jadi jangan disia-siakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan maksiat.
  2. Akan selalu datang penyesalan di kemudian hari bisa jadi di akhirat nanti kita akan menyesal atas kesia-siaan kita di dunia atau boleh jadi di masa tua kita akan begitu menyesal karena waktu muda kenapa kita enggan beramal?
  3. Jangan menunda-nunda beramal di masa tua karena kita tidak tahu besok atau sejam lagi kita masih diberi kehidupan. Ingatlah hidup di dunia hanyalah sementara, hanya seperti seorang musafir mencari bekal. Dalam hadits disebutkan, “Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.”  (HR. Bukhari no. 6416)
  4. Taubat bisa jadi datang lewat mimpi karena melihat keadaan menyeramkan seperti kisah di atas. Boleh jadi seseorang bisa sadar dengan cara lainnya, semua itu hidayah Allah. Semua itu adalah hidayah dan petunjuk dari Allah yang patut kita selalu mensyukurinya dan mengharap mendapatkan ampunan dari-Nya.
  5. Keutamaan orang yang bertaubat di antaranya, keadaanya menjadi seperti ia tidak pernah melakukan suatu dosa. Disebutkan dalam hadits, ”Orang yang bertaubat dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa itu sama sekali.” (HR. Ibnu Majah no. 4250, hasan). Jangan tunda-tunda untuk bertaubat dan kembali pada Allah.

Kisah Taubatnya Pemuda Pecinta Musik

Ada seorang pemuda yang kecanduan musik dan nyanyian. Dia tergila-gila dengan lagu-lagu. Dia memiliki seorang tetangga yang sudah tua yang senantiasa memberinya nasihat dan mengingatkannya setiap saat
.

Orang tua itu bercerita:
Dia menangis ( ketika aku ingatkan), akan tetapi segera setelah itu dia kembali kepada maksiatnya dan hal ini berulang-ulang hingga waktu yang lama. Sehingga suatu hari aku menasihatinya, maka dia menangis dan berjanji kepada Allah untuk tetap dalam keadaan taubat.
Pada hari kedua, dia datang kepadaku dengan membawa sejumlah kaset lagu – di antaranya kaset seorang biduanita -. Dia mengatakan, “Wahai fulan, ambillah kaset-kaset ini dan bakarlah” Aku bertanya kepadanya, “Apa yang telah terjadi?”
Maka dia bercerita kepadaku, “Ketika engkau menasihatiku, aku pulang ke rumah dan memikirkan ucapanku sehingga aku tertidur di waktu malam. Aku bermimpi aku berada di tepi laut. Tiba-tiba seseorang mendatangiku dan mengatakan, “Wahai fulan, apakah engkau mengenal penyanyi wanita itu …?
Aku menjawab, “Ya” Dia bertanya, “Engkau menyukainya?”
Aku jawab, “Ya, aku merindukannya” Dia berkata, “Pergilah ke tempat itu karena dia sedang berada di sana”

Akupun bersegera pergi ke sana. Tiba-tiba seorang laki-laki memegang tanganku … aku menoleh ternyata wajahnya berseri-seri seperti bulan ….
 Tiba-tiba dia membacakan kepadaku firman Allah Ta’ala:
أَفَمَن يَمۡشِى مُكِبًّا عَلَىٰ وَجۡهِهِۦۤ أَهۡدَىٰٓ أَمَّن يَمۡشِى سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (٢٢)

“Maka Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (QS. Al-Mulk: 22)
Dia mengulang-ulang ayat itu dan mentartilkannya sedangkan akupun mengulang-ulang pula dan mentartilkannya bersama dengannya…
Hingga aku terbangun dari tidur… akupun menangis dan mengulang ayat itu dan mentartilkannya ….
Maka masuklah ibuku, dia melihat keadaanku dan menangis pula bersamaku dan aku masih mengulang-ulang ayat itu.

(kitab At-Ta’ibun, Nabil al-‘Audhi)

dari Facebook Majalah Qiblati